Kamis, 05 Februari 2009

IBT edisi 3/2/2009

PLTU Muara Karang Dapat Dari BP West Java Dalam waktu dekat Perusahaan Listrik Negara kembali mendapatkan support gas dari BP West Java, untuk dilairkan ke PLTGU Muara Karang. Gas tersebut akan mulai dialirkan pada April mendatang. Direktur Operasional Jawa, Madura dan Bali, Murtaqi Syamsuddin, kepada wartawan di Jakarta, Senin (2/2) berkata adapun volume nya sekitar 20 sampai 30 MMscfd (juta kaki kubik per hari). PLTGU Muara Karang (repowering) membutuhkan gas sebesar 120 mmscfd untuk commisioning. Namun akan lebih aman jika pasokan gas mencapai 130 mmscfd. Tambahan 20-30 mmscfd gas kali ini berasal dari pengalihan gas BP West Java yang biasanya dipasok ke PGN. Kebutuhan gas PGN tersebut akan ditutupi oleh pengalihan gas Pertamina yang biasanya ke Krakatau Steel. Sedangkan kebutuhan KS selanjutnya akan dipenuhi oleh PGN. Sebelumnya, Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah mengikat perjanjian dengan Perusahaan Gas Negara (PGN). Kedua BUMN Negara ini akan bahu membagu menopang kebutuhan gas untuk pembangkit. Direktur Utama PGN, Hendi Prio Santoso, pernah berkata Perseroan senang tiasa melayani kebutuhan gas PLN. Sebagai langka awal PGN telah melakukan penandatanganan kontrak jual beli gas dengan tiga PLTGU PLN. Pada tahun 2008 yang lalu, PGN dan PLN telah menandatangani kerjasama pemenuhan gas. PGN bersedia menyalurkan gas ke PLTGU Muara Tawar dengan harga US$ 5,5 per mmbtu. Volumenya sekitar 200 mmscfd. PGN juga telah menandatangani kontrak jual beli gas untuk PLTGU Tanjung Priok. Penandatanganan kontrak jual beli telah dilakukan antara PGN dengan PLN, melalui anak perusahaannnya, PT Indonesia Power. Hendi menambahkan, bahwa pasokan gas untuk PLTU Tanjung Priok diperkirakan 30 atau 70 juta kubik per hari. PLTGU Cilegon sebesar 30 juta kubik. Selain itu, PGN menandatangani kontrak alir gas ke pembangkit PLN yang ada Sumatra, PLTGU Talang Duku sebanyak 8 mmscfd. 25 Investor Minat Danai PLTU Pemalang Secara terpisah Direktur Perencanaan dan Teknologi PLN, Bambang Praptono, berkata pada lima Februari mendatang Perseroan telah mengundang 25 investor yang ingin mendanai proyek PLTU Pemalang. Bambang menambahkan, untuk acarannya akan dilaksanakan di kantor Menneg BUMN. Pertamuan tersebut akan melibatkan perwakilan dari Bappenas dan Depkeu, karena ini proyek pemerintah,” katanya. Menurut Bambang proyek PLTU Pemalang tidak termasuk dalam proyek listrik 10 ribu MW tahap kedua. Tetapi PLTU dengan kapasitas sekitar 2.000 MW itu termasuk dalam proyek listrik 10 ribu MW tahap pertama. Ris Pertamina Belum Bayar Kompensasi Pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sampai sekarang terus menjerit, pasalnya iming-iming mendapatkan uang kompensasi atas penurunan BBM per 15 Desember hingga kini belum terealisasi. Pertamina belum membayar besaran kompensasi yang ia janjikan. Ketua Umum Perhimpunan Wiraswasta Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas), M Nur Adib, ketika dihubungi Indonesia Business Today, Senin (2/1) berkata Pertamina belum merealisasikan janjinya untuk memberikan kompensai ke pengusaha SPBU. Nur Adib menambahkan, kami (pengusaha SPBU) sudah rutin menanyakan hal tersebut ke Pertamina. Pertemuan terakhir dilakukan kemarin (Sabtu, 31/1). Pertamina kembali berjanji akan melunasinya dalam waktu dekat. Secara terpisah, VP Communication Pertamina (Persero), Anang Rizkani Noor, berkata Pertamina akan membayar kompensasi. Sekarang ini masih sedang dihitung Pertamina. Sebelumnya kedua belah pihak (Pertamina dan pengusaha SPBU) mencapai kesepakatan kalau Pertamina akan memberikan kompensasi ke pada pengusaha SPBU atas penurunan BBM pada 1 dan 15 Desember yang lalu. Pertamina bahkan berjanji memberikan kompensasi sebesar Rp 160 per liter. Namun, faktanya hingga kini Perusahaan Migas milik Negara ini belum juga menempati janjinya. Ris Kalaupun Premium Naik Tidak Lebih Dari Rp 6.000 per liter JAKARTA---Harga premium di pasaran Internasional sudah menunjukan tren kenaikkan. Akan kah harga Premium dalam negeri yang saat ini Rp 4,500 per liter, beranjak naik?. “Kita belum tahu, lihat saja kedepannya,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas), Evita Herawati Legowo, ketika dihubungi Indonesia Business Today, Senin (2/2). Kalau pun harga BBM, khususnya Premium kembali dinaikkan tidak akan melebihi batas atasnya Rp 6,000 per liter. Begitupun dengan solar dan lainnya. Direktur Executive Reforminer Institute, Pri Agung Rakhmanto, ketika dihubungi terpisah oleh Indonesia Business Today, sangat yakin kalau harga premium tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat. Harga minyak dunia masih sulit untuk kembali ke level nya dulu di atas US$ 80 per barel. “Ini hanya isyarat bahwa level harga premium saat ini dalam pandangan pemerintah sudah tepat, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah,” jawab Pri Agung. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Fraksi PAN, Alvien Lie, ketika dihubungi terpisah berkata statement Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hanya untuk menarik perhatian media aja. “Publik harus fokus kembali ke dirinya,” katanya. Tambah Alvien rujukan harga BBM sebetulnya sangat lah mudah. Kita pantau saja pergerakan harga minyak dunia. Sungguh Ironis ketika harga minyak dunia turun drastic, pemerintah sedemikian lamban menurunkan harga BBM. Anehnya ketika ada tanda-tanda harga minyak dunia mau naik (meskipun belum terjadi) Presiden sudah kalang kabut bagaimana menaikkan harga BBM subsidi. Mau nya hanya meraup laba sebesar-besarnya dari jualan BBM ke rakyat. Seperti diketahui, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah kalang kabut ketika ada kecendrungan harga Premium di pasar dunia naik. Presiden berkata BBM untuk tingkat pasar, fuel premium ada kecenderungan untuk naik, meski kenaikannya tidak dramatis atau dengan angka yang kecil. Solar kecenderungan turun, meski dengan angka kecil. Sedangkan minyak tanah cenderung tetap. Dengan kecenderungan harga pasar seperti itu, pemerintah tetap hanya mensubsidi dua jenis BBM, yaitu solar dan minyak tanah. Sementara premium memang sudah tidak lagi disubsidi. Sebelumnya, Anggota DPR Komisi VII, Tjatur Sapto Edy berkata selama Januari 2009, Pemerintah sudah mendapat untung dari Penjualan BBM subsidi. Khsusunya jenis (Premium) yang notabene sudah tidak di subsidi lagi. Tjatur Sapto Edy menilai besaran keuntungan dari jualan premium selama Januari saja bisa mencapai Rp 1,4 triliun. Karena harga minyak mentah dunia yang cenderung menurun. Yang terpenting keuntungan jualan premium harus jelas dulu. Sebelumnya Direktur Utama Pertamina (Persero), Ari Soemarno, mengakui adanya uang lebih dari jualan premium. Jumlahnya masih sedang dihitung, Nantinya akan diserahkan ke Pemerintah. Ris "Jadi, dengan harga pasar yang sekarang, premium lebih dari Rp 4.000 per liter, dan solar lebih dari Rp 5000 per liter, negara akan tetap berikan subsidi untuk minyak tanah dan solar," katanya. Pengalokasian subsidi untuk BBM memang menjadi fokus pemerintah. Selain karena jumlahnya yang besar, BBM merupakan salah satu kebutuhan vital masyarakat. Namun dengan kondisi ekonomi seperti sekarang, SBY meminta masyarakat untuk memaklumi kebijakan subsidi BBM yang telah diputusukan pemerintah. "Subsidi itu, tolong dipahami dalam keadaan keuangan negara yang juga menurun," katanya. Bagi SBY, harga BBM dalam negeri saat ini sudah tepat dan sesuai karena dikaitkan dengan dua hal, yaitu pergerakkan harga dan postur APBN. "Maka harga yang berlaku sekarang baik premium, solar, dan minyak tanah masih kita anggap tepat dan sesuai. Dikaitkan dengan dua hal. Pertama, pergerakkan dengan pergerakan harga yang terjadi. Kedua, dikaitkan dengan postur APBN 2009," katanya. Ia juga menegaskan, meski akan ada penyesuaian, pemerintah akan mencari solusi subsidi yang paling tepat dikaitkan dengan penerimaan, pembelanjaan, subsidi, dan defisit. "Kita akan terus antisipasi," tegasnya. Sementara Menkeu sekaligus Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani menyatakan, penetapan harga BBM di dalam negeri tidak semata-mata menggunakan acauan harga minyak mentah duni, tetapi juga nilai tukar (kurs). "Harga minyak tidak hanya ditentukan oleh WTI, tapi juga kurs. Harga yang diturunkan 15 Januari lalu masih dianggap tepat, kita juga akan evaluasi kecenderungan pada 1 Januari lalu dan 11 bulan ke depan," katanya. Seperti diketahui, pemerintah memutuskan untuk mengevaluasi harga BBM dalam negeri setiap bulan. Meski bisa naik turun, namun harga premium tidak akan melebihi Rp 6.000 per liter dan solar tidak lebih dari Rp 5.500 per liter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

gunakan bahasa indonesia, boleh juga dalam bahasa inggris