Senin, 26 Januari 2009

PIM dapatkan Gas

PIM Bakal Hasilkan 811 ribu ton Urea PIM Menargetkan Revenue 2009 Sebesar Rp 3,2 T JAKARTA---Dengan mulai dipasoknya gas sebanyak 1 kargo dari 9 kargo yang direncanakan selama 2009, per 15 Januari kemarin, PT Pupuk Iskandar Mudah (PIM) mulai menghitung-hitung besaran revenue yang bakal dicapai. " Jika selama 2009 PIM benar mendapatkan gas sebanyak 9 kargo penuh maka kemungkinan besaran revenue yang bakal didapat sebesar Rp 3,2 triliun," kata corporate finance PIM, Yulius Nur, kepada wartawan di Jakarta, Jumat (23/1). Tambahnya, besaran revenue Rp 3,2 triliun di peroleh dari margin 10 persen penjualan pupuk. Dengan perkiraan rata-rata harga gas domestik US$ 6 per MMbtu (million British Thermal Unit). "Harga pokok produksi pupuk urea sebesar Rp 3,600 per kilogram (kg), ditambah dengan margin 10 persen. Maka PIM jual pupuk Urea ke pemerintah Rp 4.000 per kg,” jelas Yulius Nur. Yulius menambahkan hitung-hitungan tersebut adalah perhitungan sementara. Bergantung perkembangan harga gas di masa mendatang. Yang penting lagi kesediaan Exxon untuk terus memasok gas ke PIM. “Saat ini salah satu pabrik pupuk milik PIM, dari dua pabrik sudah beroperasi. Sejak 15 Januari kemarin, Exxon sudah mengalirkan gas ke PIM. Namun, yang sudah resmi dikontrak adalah satu korgo. Padahal satu kargo hanya bisa bertahan selama dua bulan ke depan. Tapi kami yakin kalau BP Migas akan terus berusaha mencarikan kami gas,” katanya. Dengan stok gas dua kargo PT PIM bisa memproduksi pupuk urea hingga 100 ribu ton dalam dua bulan ke depan. Untuk diketahui satu kargo sama dengan 3 mmbtu gas. Dengan harga US$ 6 per mmbtu. Kalau dihitung dengan uang satu kargo sama dengan US$ 18 juta. Pupuk Iskandar Mudah tiap bulannya membutuhkan gas sebanyak setengah kargo atau sekitar 50 sampai 60 mmbtu. Dengan 80 sampai 100 ribu ton pupuk urea. Sementara produksi pupuk perharinya mencapai 1,705 metrik ton. Yulius Nur menambahkan pemerintah sendiri sudah menargetkan selama 2009, PIM harus mampu memproduksi pupuk sebanyak 811 ribu ton. Kebutuhan urea Nasional sekitar 7,100 metrik ton. Apabila PT PIM dapatkan gas hingga sembilan kargo maka produksi bisa mencapai 811 ribu ton, jika dengan enam kargo hanya sekitar 560 ribu ton. Jika yang beroperasi hanya satu pabrik dapat memproduksi urea sebanyak 570 ribu ton urea. Kalau dua pabrik 1040 ribu ton urea per tahun. Investasi Konstruksi Jumper US$ 5 J Saat ini PIM tengah menjajaki pembukaan tender konstruksi jumper, sekitar 100 meter. Dengan investasi sekitar US$ 5 juta. Untuk mengaliri gas dari ladang gas Exxon di Loksemawe di pabrik PIM yang kebetulan jaraknya berdekatan. “Gas tidak bisa dimuat dalam kargo seperti Liguified Natural Gas (LNG). Gas hanya dapat di alirkan melalui pipa penyambung (jumper). Konstruksinya akan dibiayai sendiri oleh PIM,” jelasnya. Corporate Departem PT PIM, Haryono, pada tempat yang sama berkata proses pembangunan jumper akan di urus sendiri oleh PIM. Ketika ditanya bagaimana nasib jumper tersebut, kalau suatu waktu Exxon menghentikan pengiriman gas ke PIM. “Belum tahu, tetapi saya yakin BP Migas akan mengaturnya,” jawabnya datar. Pada pertengahan 2009, pabrik kedua baru bisa beroperasi setelah jumpernya selesai. Seperti diketahui, PT PIM mulai beroperasi pada 2006. Selama ini PIM hidup dengan mendapatkan pasokan gas swap dari Pupuk Kaltim sebanyak tiga kargo. PIM beroperasi sampai akhir Nopember 2008, kontrak gas dari PKT sudah habis. Kondisi ini ternyata langsung dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Stok pupuk secara Nasional berkurang drastis. Hampir semua perusahaan pupuk nasional tidak beroperasi normal. Alami kekurangan pasokan gas, padahal negeri memiliki sumbe gas yang berkelimpahan. Karena itulah, pada 28 Desember 2008, wakil Presiden Jusuf Kalla langusng melakukan rapat kordinasi. Rapat menyimpulkan kalau pemerintah harus mengutamakan pasokan gas domestic ketimbang diekspor. Khusus untuk pasokan gas ke PT PIM, Wapres bahkal telah menugaskan BP Migas, mencari persediaan gas untuk PIM. Saat rapat diperintahkan pabrik Pupuk Iskandar Mudah harus beroperasi. BP Migas harus mencarikan pasokan gas untuk semua pabrik pupuk. Haryono menambahkan gas yang dipasok dari ladang Exxon adalah kontrak substitute dengan gas yang ke Pupuk Kaltim. Selama ini Lapangan Exxon mengirimkan LNG ke pembelinya yang dari Korea, Kogas. Kemudian sekarang jatah Exxon ke Kogas akan diganti dari Bontang. Terus Exxon mengalihkannya ke PT PIM. Ris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

gunakan bahasa indonesia, boleh juga dalam bahasa inggris